Ketika Kesetiaanku Diuji oleh Tuhan
Perkenalkan namaku Ahmad. Saat ini aku  bekerja di salah satu perusahaan asing di Indonesia. Aku lumayan  ganteng, cukup taat beribadah kepada Allah. Saat ini aku sudah memiliki  calon istri dan berencana akan segera menikah akhir tahun ini. Calon  istriku cukup menarik,pintar dan dari segi materi ia bisa dibilang  cukup. Aku memilih dia karena ibuku memilihnya. Ya anaknya baik sekali,  jika ku ajak kerumahku tak ada pekerjaan rumah yang terlewatkan  dikerjakan olehnya. 
Dia sangat menyayangi aku dan keluargaku. Namun tidak ada manusia yang  sempurna. Keluarga calon istriku tidak semuanya muslim bahkan menurutku  mayoritas non muslim. Namun karena aku melihat calon istriku istiqomah  di jalan Allah dan bercermin pada ustad Arifin Ihlam yang bermenantukan  mualaf dengan pasti keluarga besar besannya adalah non muslim aku tetap  memilihnya.
Tetapi Allah tidak hanya menguji iman dan kesetiaanku padanya sampai disitu saja. Suatu hari calon istriku jatuh sakit, terlihat sekali perbedaan mencolok antara keluarga yang tinggal di kampung dan di kota. Mereka yang dikota lebih individualis tidak peduli saudaranyakah, anaknyakah atau bahkan istrinyakah mereka lebih mementingkan pekerjaannya. Aku marah..sangat marah. Bagaimana aku yang belum menjadi suaminya sudah harus kesana-kesini merawat dia yang sakit.
Calon istriku yang malang, dia yatim piatu, kakaknya telah menikah dan  tinggal jauh dengannya. Hari itu calon istriku divonis harus dioperasi  dengan satu ovariumnya diangkat. Seperti tersambar petir aku mendengar  bahwa ovariumnya harus diangkat. Lalu bagaimana nanti aku mendapatkan  anak?
Aku mulai memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan betapa hancurnya  hati seorang wanita yang ovariumnya harus diangkat satu. Sehari setelah  dia selesai operasi melalui telepon aku mengucapkan bahwa hubungan ini  tidak bisa dilanjutkan, aku takut bahwa kamu nantinya tidak bisa hamil.  Ya Allah, sungguh kejam aku mengatakan ini kepadanya. Aku sangat egois,  aku seperti anak kecil yang lari dari sebuah masalah yang menurutku  bukan masalahku namun sejatinya itu juga musibah bagiku. Calon istriku  hanya bisa menangis.
Malam itu kami berbicara empat mata.
Aku masih dengan keegoisanku tanpa melihat luka dihatinya akibat operasi  tetap pada keputusan untuk batal menikah dengannya bahkan aku  mengatakan bahwa aku sudah tidak lagi mencintainya.
Dia memohon kepadaku dia memintaku berusaha bersamanya, yah calon  istriku yang idealis bisa berubah menjadi seperti seorang pengemis yang  memohon-mohon untuk jangan ditinggal. Setiap kali aku menatapnya, hanya  tatapan kosong penuh luka dan kerapuhan yang aku lihat. Calon istriku  berubah menjadi pemurung, suka ngelamun, dan tak jarang tiba-tiba air  matanya mengalir. Dia yang dulu energik berubah menjadi lunglai.
Aku mulai memahami bagaimana perasaan seorang wanita yang harus diangkat  satu ovariumnya. Aku terus berpikir selama beberapa hari antara  melanjutkan atau mundur. Hingga suatu hari aku berpikir bagaimana jika  posisinya dibalik aku yang butuh program agar bisa membuatnya hamil atau  bagaimana jika nantinya aku memilih wanita lain yang nampak sehat namun  ternyata tidak memberiku keturunan sama sekali hingga aku tua, atau  bagaimana jika itu terjadi pada saudara perempuanku atau anak  perempuanku nantinya?
Aku mulai berpikir seandainya tidak dilakukan tindakan sekarang mungkin  calon istriku akan lebih sulit memiliki anak. Allah membuka jalan  untuknya memiliki seorang anak walau dengan satu ovarium. Tidak ada yang  sulit bagi Allah jika Dia telah berkehendak. Yahh, calon istriku masih  bisa hamil, niatkan ikhlas, berdoa dan berusaha pasti Allah kasih. Istri  seorang ustad kondang bahkan divonis mandul pun akhirnya bisa memiliki  anak.
Teknologi kedokteran saat ini sudah sangat canggih, semua memungkinkan  atas izin Allah.  Calon istriku mencintaku di jalan Allah. Dia menerima  segala kekurangan didalam diriku dan keluargaku ikhlas karena Allah.  Maka insyaAllah dijalan Allah aku tetap memilihmu. Aku ingin menjadi  lelaki sejati yang tidak hanya menerima lebihmu tetapi juga menerima  kekuranganmu. Aku ingin berusaha dan berjuang bersamamu untuk  mendapatkan ridho Allah.
Walau sebagai lelaki tak dihindari jika aku ingin wanita yang sempurna.  Namun kesempurnaan wanita di rahimnya belum tentu pula aku mendapatkan  kebahagiaan yang sama ketika aku bersamamu wahai calon istriku. Kepada  calon istriku, tetaplah bersemangat, tetaplah tersenyum seperti  biasanya. Maafkan keegoisanku tempo hari. Mari kita berjuang bersama,  menghadapi semuanya berdua niatkan ikhlas karena Allah. Aku tidak akan  meninggalkanmu apapun kondisimu.
Genggam tanganku agar kamu kuat. Sandarkan kepalamu di dada dan bahuku  jika kamu ingin menumpahkan semua rasa yang ada dihatimu. Akan aku tutup  rapat rahasiamu. Semoga Allah meridhoi kita dan menumbuhkan kembali  cintaku yang tempo hari dalam lisanku berkata sudah hilang hanya untukmu  wahaibcalon istriku. Jangan takut aku tidak akan meninggalkanmu. Untuk  para lelaki, inilah ujian kesetiaan yang sesungguhnya.
Tidak semua lelaki ditempa dengan ujian ini. Maka bersyukurlah kamu jika  Allah menguji kesetiaanmu dengan cara seperti ini.  Jangan tinggalkan  dia, tetaplah setia bersamanya, insyaAllah Allah akan memberimu dan dia  hadiah yang luar biasa nantinya. Percayalah keajaiban Allah itu nyata.  Berbaik sangkalah pada Allah atas segala cobaan yang Dia berikan pada  umatnya yang bertaqwa.
hipwee.com











